Cianjur Kota Akhlakul Karimah, tapi penuh sampah
Arahinfo, Cianjur, 9 Mei 2024 – Kabupaten Cianjur merupakan salah satu kabupaten di jawa barat yang kental dengan keislamannya, hal tersebut tidak lepas dari pada perjuangan para pendiri kabupaten cianjur yang terdiri dari Ulama dan para santri. Terbukti dengan Bupati pertama Kabupaten Cianjur merupakan keturunan langsung dari Pangeran Cakrabuana, seorang penguasa dari Kerajaan Pajajaran yang terakhir.
Kabupaten Cianjur juga sangan nyentrik sekali dengan sebutan kota santri, hal tersebut tidak lain karena memang hampir disetiap penjuru kampung di cianjur bisa dipastikan ada lembaga pendidikan keagamaan dari mulai Pondok Pesantren, Madrasah Diniyyah hingga Masjid-masjid yang rutin mengadakan pengajian setiap harinya. Jadi sah saja apabila Kabupaten Cianjur dikenal dengan kota Santri.
Disisi lain, Kabupaten Cianjur yang sangat kental dengan keagamaannya justru berbanding terbalik dengan keadaan yang terjadi di lingkungan kabupaten Cianjur, yang mana saat ini Kabupaten Cianjur darurat sampah. Apakah ini salah masyarakat yang tidak menjaga kebersihan? atau salah pemerintah yang tidak mempunyai kebijakan dan perhatian terhadap sampah?
Jika dilihat dari latar belakang masyarakat di kabupaten Cianjur yang kental dengan keagamaan tentu saja semestinya menjaga kebersihan lingkungan itu menjadi keharusan karena telah termaktub dalam hadist nabi bahwa menjaga kebersihan itu sebagian daripada iman. Mungkin terlalu ekstrim jika di sebutkan bahwa masyarakat cianjur kekurangan Iman.
Hal tersebut terjadi lantaran ada kebijakan baru dari pemerintah Kabupaten Cianjur yang memindahkan Tempat Pembuangan Akhir Pasir sembung ditutup dan di alihkan ke wilayah Cikalong, yang mana tempat baru tersebut cukup jauh dari pusat perkotaan, seperti halnya yang disampaikan oleh Kepala Desa Rancagoong saat pertemuan dengan masyarakat.
“Bapak/ibu operasional pengangkutan sampah awalnya itu sebesar Rp. 150.000 bisa 3 kali angkut, tapi sekarang biaya operasinal pengangkutan sampah bisa sebersar Rp. 250.000 untuk satu kali angkut” Tutur Kepala Desa Rancagoong (8/5/2024).
“Jadi untuk kedepannya setelah berfikir cukup panjang, sampah di Desa Rancagoong akan kita kelola secara mandiri sehingga sampah akan habis di desa, ini sesuai dengan intruksi pemerintah bahwa sampah itu harus bisa habis di desa” Lanjurnya
Penutupan TPA Pasir sembung dan dipindahkan ke wilayah Cikalong sudah berjalan dari bulan Januari, sedangkan Program-program sampah dikelola mandiri oleh desa itu membutuhkan proses yang cukup panjang, sehingga selama program tersebut belum berjalan dengan normal tentu saja akan terjadi penumpukan-penumpukan sampah di pinggir jalan seperti yang terjadi saat ini.
Satu komentar